Sabtu, 15 Oktober 2011

MASYARAKAT BANYAK

Bnyak ide yang bagus-bagus lahir /muncul dari putra-putri Indonesia. Ide-ide itu amat sederhana dan bisa dilaksanakan. Misalnya, untuk memajukan dan menggairahkan semangat belajar anak-anak SD, diperlukan alat peraga berupa peta, seruling, bola volley, gambar ikan, gambar buah-buahan dll. Isde-ide bagus itu sering muncul dari sebuah kebutuhan riil, namun untuk mewujudkan apa yang dibutuhkan / ide yang bagus itu, sulitnya bukan main.

Ini baru contoh yang amat sederhana. Di masyarakat yang sudah makin maju, dan tingkat kebutuhannya makin tinggi dan beragam, ide-ide bagus untuk mengembangkan masyarakat itu, tentu ada banyak dan bertingkat-tingkat. Misalnya, untuk mengembangkan masyarakat di bidang ekonomi, dibutuhkan analisa kebutuhan masyarakat, sektor apa yang bisa dikembangkan, apa yang menjadi modal / kekuatan masyarakat, apakah ada jalan dan sarana transportasi, apakah ada pasar, dll.

Selain itu, juga dibutuhkan orang-orang yang menyimpulkan pemikiran itu, lalu diadakan uji-coba, perlu dana yang cukup besar, dan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pengembangan itu. Dari contoh ini, menjadi jelas bahwa semakin masyarakat itu mau dikembangkan, semakin kompleks / rumit dan bertingkatlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Kalau untuk 1 bidang saja, diperlukan sekian banyak usaha yang harus dilaksanakan, apalagi kalau ada banyak bidang yang harus dikembangkan. Tentu akan ada banyak yang harus diurus.

Sayangnya, bahwa ide, analisa, penemuan kebutuhan riil, dana yang diperlukan, siapa yang mengurus kebutuhan, dan bagaimana mewujudkan semuanya itu, sampai hari ini de facto sering tidak saling berhubungan. Lebih sering fakta-fakta itu berjalan sendiri-sendiri.

Maka, saya berpikir diperlukan: tujuan yang hendak dicapai, strategi yang tepat, suatu sistem yang harus berlaku umum untuk mencapai tujuan itu, dan komitmen bersama untuk mewujudkan tujuan itu, secara terus-menerus. Dan agar komitmen itu, bisa tetap berlangsung, diperlukan pula transparansi dan akuntabilitas serta partisipasi publik.

Selama ini, publik yang jumlah besar, sering hanya menjadi penonton. Sedangkan sejumnlah kecil orang, seringkali merasa lebih hebat dan lebih pandai. Akibatnya, banyak hal diturunkan dari atas ke bawah. Masyarakat banyak dianggap / ditetapkan sebagai pihak yang lemah dan tidak mampu dan harus "diisi" / dicurahi rupa-rupa hal dari atas. Paradigma ini memang pelan-pelan sudah berubah, namun "kecenderungan untuk mengisi "ember kosong" sering terjadi di mana-mana.

Masyarakat banyak yangpada umumnya kurang mendapatkan pendidikan dan informasi yang memadai memang cenderung pasif / menunggu perintah / menunggu atau menonton. Kemungkinan untuk "membuka pintu diri" atas apa yang terjadi, dan melibatkan diri dalam kegiatan pengembangan masyarakat pada umumnya amat terbatas. Karena itu, mereka ini adalah orang-orang yang secara potensial lemah dan mudah diperlakukan tidak adil atau mengalami ketidak adilan.

Syukur bahwa masihbanyak orang / lembaga yang peduli pada nasib dan situasi mereka inbi. Seandainya mereka "bangkit dan aktif", betapa dahsyatnya pembangunan dan pengembangan yang akan terjadi di masyarakat, dan di tengah-tengah dunia ini.