Kamis, 12 Mei 2011

MAKAN SIANG BERSAMA

Waktu kami tiba di Schippol, Selasa tanggal 10Mei 2011 jam 06.10, kami dijemput oleh Ton van Bremen dan Br. Kees Vergouwen. Kedua orang ini datang dari te,pat yang berbeda. Ton van Bremen datang dari Beverweg di bagian utara, sedangkan Kees dari Selatan, dari Tilburg. Jarak ditempuh dengan kecepatan 120 km perjam, perlu waktu saru setengah jam. Ton perlu waktu tiga puluh menit. Setelah mengucapkan selamat datang kepada kami berdua, Ton pamit dan kembali ke Beverweg untuk siap pergi ke kantor.

Dan saya dengan Hengky melanjutkan perjalanan menuju ke rumah induk di Tilburg. Suhu kira-kira 15 – 20 derajat Celsius. Cuaca ini amat cocok untuk orang-orang dari Asia karena mereka tidak perlu jaket atau baju tebal-tebal untuk menghangatkan badan. Udara segar, sejuk dan bagus. Perjalanan lancar, cuaca cerah, namun tidak bisa terlalu cepat karena di jalanan sudah banyak kendaraan lain. Kami perlu waktu 2 jam untuk sampai ke Tilburg.

Ketika tiba di biara MSC, kami dihantar ke kamar yang telah disiapkan. Kami bertemu dengan Uskup Enmeritus Keuskupan Agung Merauke ( Mgr.J.Duivenvoorde MSC). Beliau tampak kurang sehat, dan siang itu beliau dihantar ke rumah sakit untuk periksa kesehatannya. Kami minum bersama dengan para MSC yang tinggal di lantai tiga.
Dulu para MSC tinggal di biara sendiri, apalagi jumlah mereka 60 an orang. Kini jumlah mereka kian sedikit dan keadaan kesehatan mereka mulai menurun, karena itu mereka perlu mendapatkan perawatan sesuai dengan standart yang ditentukan pemerintah. Karena alasan usia lanjut dan perlunya peyalanan pelayanan kesehatan yang memadai, mereka semuanya pindah ke rumah khusus untuk orang lanjut usia. Mereka tinggal dalam satu kompleks yang disebut Biara Notre Dame. Gedungnya bertingkat, dan di setiap tingkat / lantai dibentuk 1 komunitas. Di seluruh kompleks itu ada 4 komunitas. Masing-masing komunitas punya ruang makan sendiri. Mereka makan pagi dan makan malam di komunitas masing-masing.

Semua anggota komunitas yang bisa jalan makan siang bersama tiap-tiap hari di ruang makan yang besar. Siang itu kami diundang makan di ruang makan yang besar . Di sana berkumpullah semua pastor, bruder dan suster yang sudah lanjut usianya, namun masih sanggup melayani diri sendiri. Kebanyakan adalah para pastor dan bruder MSC, dan suster PBHK, namun ada juga dari tarekat lain. Jumlah mereka yang makan pada siang itu lebih dari 100 orang.

Luar biasa. Apakah yang mereka ceritakan ? Saya tidak tahu. Makan siang bersama setiap hari mereka usahakan. Pada umumnya mereka setia untuk makan bersama setiap hari. Nilai kerukunan, persaudaraan, sesuatu yang sangat istimewa, yang sejak saya kecil yang kenal, ternyata tetap dihidupi oleh para mantan missionaris yang sudah lanjut usia itu. Tradisi yang baik bahwa pada kesempatan makan siang itu mereka bertemu dengan rekan-rekan setarekat, satu spiritualitas, sepanggilan, seperutusan. Kini pada masa tua , ketika semuanya tinggal kenangan di tempat yang jauh, sanak saudara mereka tidakada di sekitar mereka, rekan-rekan sekomunitas itulah saudara mereka. Rekan yang lagi sakit, yang sedang sedih atau membutuhkan bantuan ketika tidak ada di ruang makan, dengan mudah diketahui. Mereka juga di ruang makan bisa mendapatkan penghiburan, dan kalau membutuhkan pelayanan khusus dan darurat, mereka bisa segera mendapatkannya.

Karya-karya mereka sudah mereka laksanakan di tempat-tempat yang jauh, di daerah misi. Semuanya tinggal kenangan. Maka kehadiran P .Hengky dan Uskup Niko merupakan hadiah dan penghiburan yang besatr bagi mereka. Kami berdua adalah buah-buah kasih, buah-buah pengorbanan mereka. Kami adalah buah-buah rohani, buah-buah pelayanan, buah karya kehidupan yang telah mereka taburkan sekian puluh tahun yang silam di Indonesia.

Kepada kamilah mereka mempercayakan tugas perutusan yang dulu mereka terima dari Kristus yang mengutus mereka. Kepada kamilah mereka mengharapkan adanya kesinambungan karya keselamatan itu kepada generasi selanjutnya. Mereka sudah tidak mampu kami untuk bekerja seperti dulu. Tetapi darisorot mata, dari senyum mereka, dari ucapan selamat datang, mereka mengucapkan terima kasih, dan selamat melanjutkan tugas perutusan itu. Kami adalah buah karya yang telah mereka siapkan untuk meneruskan karya Kristus itu. Mereka mendukung dan mendoakan. Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada kami yang telah berkunjung dan memperhitungkan mereka. Mereka merasa dihargai dan tetap menjadi bagian dari karya besar Tuhan di tanah air tercinta.

Saya menemukan bahwa makan bersama mempunyai banyak makna dan nilai yang sungguh-sungguh penting. Makan siang merupakan tanda persaudaraan, tanda sukacita dan kebahagiaan. Di sana diwujudkan secara jelas janji Kristus : ‘Di mana ada dua atau orang yang berkumpul demi nama-Ku, di situ Aku ada’. Makan bersama kalau hanya disadari sebagai kegiatan fisik (memasukkan manakan ke dalam mulut/perut) akan membuat orang merasa bosan. Makan bersama yang dibuka dan ditutup dengan doa, disertai dengan hati yang damai, saling menyapa, saling memahami akan menjadi tanda rahmat yang besar.

Makan bersama tetapi juga ‘rekreasi bersama, sharing keluarga, dan pertemuan biasa’ merupakan tanda kasih sayang dan kehadiran Allah bagi manusia. Makan bersama dapat sungguh-sungguh merupakan anugerah Allah yang nyata bagi manusia. Maka, siapa pun orangnya, dan di mana pun mereka berada yang mengusahakan adanya makan bersama di dalam keluarga / di dalam komunitas, di sana Allah dihadirkan.
Kelemahan dan keterbatasan manusiawi tetap ada. Tetap ada halangan dan kesulitan ; tetapi Tuhan sudah berjanji akan mengumpulkan anak-anak-Nya yang tercerai-berai (Yohanes 17). Tuhan mampu melembutkan hati yang membatu dan keras. Dia adalah Allah yang maharahim, lambat akan murka, tetapi besar kasih setia-Nya

Jumat, 06 Mei 2011

MEMBANGUN MANUSIA

Membangun gedung atau membuat patung itu sulit, namun bila dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan minta bantuan orang-orang yang terampil, proyek itu dapat diselesaikan. Proyek fisik seperti ini, bisa diperkirakan biayanya dan berapa lama jangka waktu pengerjaannya.

Membangun manusia (SDM) jauh lebih sulit dan rumit, serta perlu jangka waktu yang panjang. Meski demikian, proyek kemanusiaan ini perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh karena SDM yang terampil merupakan kekuatan yang besar untuk membangun mereka dan generasi mereka sendiri.

Keuskupan telah melaksanakan beberapa kegiatan dalam rangka peningkatan mutu SDM, di bidang kesehatan. Laporan kegiatan di bawah ini, merupakan bukti usaha peningkatan mutu SDM itu.

LAPORAN KEGIATAN
Penyuluhan Gosok Gigi yang Baik

A. Latar Belakang

Kesadaran masyarakat Stasi Sanggase Paroki Okaba, tentang perilaku hidup bersih dan sehat masih sangat rendah, khususnya dalam hal kebersihan mulut dan gigi. Apalagi, mereka ini pemakan pinang dan sirih serta kapur sebagai pelengkapnya.
Keuskupan Agung Merauke (KAME) terpanggil untuk turut melaksanakan dan mempromosikan kesehatan karena merasa prihatan akan kesehatan masyarakat. KAME melalui para petugas kesehatan membuat pelatihan tentang kebersihan mulut dan gigi (menggosok gigi 2x sehari pada pagi dan sore sesudah makan atau sebelum tidur). Melalui kegiatan ini, masyarakat dapat menyadari akan pentingnya kesehatan dan dapat mewujudkan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat terlebih kesehatan mulut dan gigi.
Kelompok peduli (para kader) yang sudah terbentuk ini diberi penyuluhan sebagai bekal agar kemudian mereka dapat meneruskannya kepada masyarakat sekitarnya.

B. Tujuan Umum
1. Memperkenalkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Memberikan informasi tentang kebersihan mulut dan gigi.

C. Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi yang sehat dan bersih yang dimulai dari menggosok gigi 2x sehari / sesudah makan atau sebelum tidur.
2. Menyebarluaskan informasi yang didapat dan diberikan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya.
3. Mengetahui pentingnya kesehatan mulut dan gigi.

D. Hasil Kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah :






D1.Rangkain kegiatan
Persiapan kegiatan dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan yaitu Tanggal 25 – 26 Januari 20011. Pada hari kamis Tgl 27 Januari 2011 Pukul 07.05 WIT, kami perawat keuskupan berangkat dari Okaba menuju Sanggase. Perjalanan ditempuh selama ±45 menit berhubung jalan agak jelek ( berlubang dan becek serta licin) sehingga agak sulit.
Tiba di Sanggase yaitu di pustu banyak masyarakat yang sakit sehingga kami melayani pasien dulu akibatnya, pelaksanaan kegiatan tertunda ±2jam.
Acara baru dilaksanakan ± pukul 10 pagi yang dihadiri 10 kader. Acara langsung dilaksanakan yang dibuka dengan doa, kemudian penyuluhan dilaksanakan yaitu tentang kebersihan mulut dan gigi. Sesudah itu diadakan Tanya jawab dengan kader soal kendala yang dialami para kader.
Acara kami tutup dengan doa dan makan siang bersama setelah itu kami pulang masing – masing kerumah kami.

D2. PESERTA
Peserta yang hadir 14 orang, terdiri dari ibu-ibu kader, bapak-bapak, 1 orang dari Puskesmas Okaba, 2 tenaga perawat dari Keuskupan dan 1 orang Pembimbing. Daftar hadir terlampir.

D3. PENYULUHAN (mohon semua dijabarkan)
- TOPIK : Cara Menggosok Gigi Yang Benar
- Nara Sumber: Sdri Lita dan Sdri Mita
- Tempat: di Pustu Stasi / Kampung Sanggase - Okaba
- Waktu : 1 hari kerja - tanggal 27 Januari 2011


1. HASILNYA
a. Pada saat kegiatan 10 peserta mendapat bantuan sikat gigi dan odol. Sikat gigi merek formula, dan pasta gigi pepsodent ukuran sedang.
b. Mereka sangat bersemangat mengikuti pelatihan, dan bertekad melanjutkan usaha gosok gigi di rumah masing-masing. Mereka juga bertekad untuk melatih anak-anak mereka, dan tetangga sekitar.
c. Mereka tidak mengajukan pertanyaan, karena kegiatan itu mudah dipahami dan mereka sebenarnya sudah lama mengenal gosok gigi.
d. Ada pertanyaan yang disampaikan: “Apakah para peserta ketika melanjutkan kegiatan gosok gigi kepada anak-anak mereka, akan mendapat bantuan alat-alat (sikat gigi dan odol) atau tidak”. Kami telah memberikan jawaban bahwa mereka akan mendapatkan bantuan alat-alat sesuai dengan yang dibutuhkan.
e. Untuk mengukur hasil penyuluhan: \
1). 1 KK terdiri atas 5 orang. Ada 20 KK yang mendapat sikat gigi. Maka, sikat gigi yang dibagikan berjumlah 100 buah. 1 KK mendapat 1 odol. Odol yang sudah diberikan berjumlah 20 buah. Ini diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) bulan.
2). Pada umumnya mereka tahu menggosok gigi, namun yang rajin melaksanakan kegiatan itu kira-kira 50 %. Alasannya: odol habis.
3). Mereka bersemangat, dan mau melanjutkan / menyebarluaskan kegiatan itu kepada orang lain. Namun, kegiatan itu terhenti ketika odol habis.
4). Meski ada kendala yang dihadapi para kader, setiap bulan tetap ada pertemuan. Hambatan-hambatan yang ada dievaluasi. Akan diusahakan pertemuan para kader dengan Kepala Distrik, supaya masyarakat bisa makin mandiri.

D4. PEMBELAJARAN

- Komunikasi antar kader untuk saling membagi pengalaman sudah terlaksana setiap bulan. Komunikasi yang baik ini memungkinkan adanya kerja sama yang makin baik antar sesama kadaer. 1 RT punya 1 kader, malah ada yang mengutus 2 kader.
- Dalam rangka mengupayakan masyarakat yang sehat, kegiatan ini perlu dilanjutkan dan dipantau terus.
- Dalam rangka menuju kemandirian, sedang dipikirkan andil mereka (dlm bentuk ikan, kelapa kering atau sagu) ketika mereka ikut kegiatan / untuk mendapatkan sikat gigi dan odol.

CATATAN:
Masyarakat Sanggase sangat merindukan dan membutuhkan pelayanan kesehatan yang tidak hanya mengobati tetapi juga peduli dengan keadaan mereka. Maksudnya adalah masyarakat perlu mendapatkan penyuluhan tentang PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), peningkatan gizi keluarga, pembuatan jamban keluarga (dalam kerja sama dengan Distrik), penyediaan air bersih.

E. KENDALA DAN REKOMENDASI

1. Kendala

• Keterbatasan SDM kader yang datang tidak tepat waktu karena mengurus anak, dan keperluan keluarga.
• Jumlah kader 10 orang untuk melayani 1 desa sebenarnya cukup. Mereka tidak punya penghasilan tetap, tidak digaji, dan tingkat pendidikan mereka rata-rata SMP, jaringan kerja mereka juga terbatas, sarana transportasi juga tidak ada.
• Pasien pada saat berobat memilih perawat yang mereka sukai (perawat keuskupan). Mereka tidak mau pergi berobat ke perawat Pustu. Ini disebabkan karena cara penyampaian, tutur kata, “konseling” yang dibutuhkan masyarakat tidak terpenuhi.

2. Rekomendasi

Keaktifan kader sangat diperlukan supaya pada akhirnya dapat mandiri dan program ini sebagai batu loncatan demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat lebih baik.

- Ketika memberikan presentasi, amat baik dipergunakan gambar / alat peraga dan untuk para kader diberikan “buku pegangan”.
- 2 hari sebelum kegiatan, para kader bertemu untuk membicarakan persiapan dan mematangkan rencana kegiatan. Akan dibuat jadwal kegiatan secara tertulis dengan para petugas yang jelas.
- Akan diusahakan penyuluhan sesudah misa hari Minggu, sehingga umat yang bisa dijangkau jumlahnya banyak. Pada hari Senin, barulah dilaksanakan pengobatan. Hal ini akan lebih memungkinkan umat lebih fokus pada pengobatan.
- Sebagai tindak lanjut, pasien yang menderita sakit gigi / gigi berlobang, akan dirujuk ke puskesmas di Okaba, karena di sana ada peralatan dan dokter gigi.


Kegiatan kemanusiaan ini, dilaksanakan oleh manusia-manusia yang ingin agar sesamanya maju, berkembang dan hidup bahagia. Usaha yang demikian ini, sebenarnya merupakan "kerinduan batin manusia" agar dia bisa menyalurkan kebaikan dan nilai-nilai keutamaan yang ada di dalam dirinya. Mengapa demikian ? Karena ia yakin bahwa di dalam dirinya adalah "Yang Ilahi" yang mendorong dia untuk mewujudkan kebaikan itu.