Sabtu, 09 April 2016

OLEH-OLEH KECIL DARI CAMBODIA

PEMBACA YANG BUDIMAN

Beberapa waktu yang lalu, saya diutus KWI untuk menghadiri pertemuan di Cambodia tentang “Women and Ecology” bersama dengan 2 rekan lainnya.  Pengenalan sekilas di negara ini, tentu saja tidak sempurna, tentang apa yang saya dengar dan saya lihat, saya tulis untuk anda. Semoga ada inspirasi yang dapat anda petik.

Negara Cambodia:

Penduduknya: 15 juta. Pada umumnya beragama budha.  Jumlah kaum muda:  22%.  Jumlah anak di bawah umur 15 tahun: 39 %.  Total kaum muda dan anak-anak: 61 %. Jumlah Umat Katolik: 20.000  dan tersebar di Vikariat Apostolik Phnom Phen, Prefektur Apostolik Battambang, dan Prefektur Apostolik Kompong Cham.  Dari jumlah tersebut, orang Cambodia: 5.000  dan orang Vietnam: 15.000.  Dari data ini, menjadi amat jelas bahwa jumlah umat katolik yang sungguh-sungguh asli Cambodia hanya sedikit ( 0,03 persen) dari total penduduk Negara Cambodia.

Mata pencaharian penduduk Cambodia adalah petani dan nelayan. Mereka tinggal di desa-desa dan kampung-kampung dengan penghasilan rata-rata 3 USD ( Rp. 39.000 ) sebagai buruh kasar. Negara ini menduduki peringkat ke 133 dari antara 177 negara miskin di Asia.  Kebanyakan yang bekerja sebagai buruh kasar adalah orang-orang Vietnam. Orang Cambodia sendiri lebih suka bekerja sebagai petani, atau pergi ke Thailand supaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Mata uang yang beredar di negara ini:  bath (Thailand), USD ( dollar Amerika ) dan riyel ( Khmer - Cambodia).  USD 1 = 4.000 riyel.

Masa lalu: 

Selama 30 tahun ( 1978 -  2008), negara ini mengalami penderitaan besar. Pembantaian (genocide) di bawah Regim Pol Pot terjadi tahun 1978-an.  Tidak terhitung jumlah orang yang menjadi korban.  Orang-orang yang menderita akibat terkena ranjau dan masih hidup juga tidak terhitung. Di banyak tempat, ranjau-ranjau itu masih ada.  Beberapa tahun sebelumnya ( 2008 – 2013) korban ranjau per tahun sekitar 200 – 300 orang. Pada saat ini ( 2015 - ) diperkirakan setiap tahun masih ada sekitar 100 orang yang menjadi korban ranjau. 

Pada masa itu, masyarakat mengalami perlakuan yang kejam dan penderitaan yang luar biasa karena perlakuan yang sewenang-wenang dari pemerintah mereka sendiri. Mereka kelaparan, mengalami kemiskinan yang menyedihkan dan mudah sekali kena penyakit karena kurang gizi. Bapak, ibu bahkan anak-anak dibantai di hadapan anggota keluarga mereka. Anak-anak dipisahkan dari orangtuanya. Banyak sekali anak-anak yang kehilangan orangtuanya, dan tidak tahu di mana rimbanya. Dan ketika mereka sudah menjadi orangtua pun, ayah-bunda, dan sanak saudara mereka tetap tidak diketahui keberadaannya. Semuanya tinggal kenangan hitam dalam hidup mereka.  Tempat-tempat ibadah, gedung-gedung gereja dan kehidupan komunitas, dihancurkan.  Di banyak tempat, ditemukan kuburan-kuburan massal. Di sana ada ratusan tengkorak manusia yang tidak diketahui namanya.

Di Phnom Phen ada sebuah bekas penjara. Penjara itu sebelumnya adalah gedung sekolah, kemudian dipakai oleh regim Pol Pot sebagai tempat penahanan guru-guru, pegawai pemerintah, masyarakat biasa dan anak-anak. Setelah ditangkap, ditanyai dan dipotret, mereka dipenjarakan. Di tempat itu mereka disiksa, dipukul, diborgol kakinya dan tidak diberi makan dan minum setiap hari. Makan diberikan setiap 2 – 3 hari. Mereka tidak boleh berbicara dengan sesamanya. Bila melawan, mereka dipukul. Mereka hanya pakai celana pendek, dan mandi 1 minggu sekali. Sepanjang hari bila tidak ada kegiatan lain, mereka duduk di lantai, dan kedua kakinya diborgol. Mereka mandi dengan cara disemprot air dari jendela penjara. Maka pada masa itu, ribuan penduduk sipil mati di dalam penjara itu.

Turis-turis yang bertandang ke penjara itu, akan melihat ribuan foto dari orang-orang yang disiksa dan mati pada masa itu, kamar-kamar yang sempit, borgol besi, bangsal yang dipakai sebagai tempat tidur dll. Di simpan di saja, alat-alat yang dipakai untuk menyiksa. Sebagian dari bekas penjara itu masih tetap seperti dulu, namun sebagian yang lain telah direnovasi. Di halaman depan dari bekas penjara itu, ada prasasti yang memuat nama-nama orang yang dibunuh.

Masa Kini: 

Sesudah regim Pol Pot berakhir, secara berangsur-angsur negara ini dibangun kembali.  Kota-kota mulai tumbuh. Phnom Phen dan Siem Reap telah menjadi kota turis. Di dua kota besar itu, ada bandara internasional. Banyak orang dari manca negara berkunjung ke tempat ini. Banyak juga negara-negara lain yang menjadi donor tetap untuk membangun infrastruktur, memulai pertanian dan perkebunan, pendidikan dan kesehatan.  Banyak lembaga, para investor dan pengusaha-pengusaha lokal berupaya untuk membangun bangsa ini. Kebangkitan sudah dimulai dan dirasakan oleh masyarakat. Keamanan juga terjamin. Umat katolik dan Pimpinan Gereja sudah diperbolehkan untuk memulai karya sosial, pendidikan dan kesehatan serta karya-karya kemanusiaan lainnya.

Banyak hotel, restoran, toko-toko besar telah ada di banyak kota. Alat-alat transportasi dan komunikasi, kelancaran perjalanan, dan sungguh bisa dirasakan. Kerja sama antar negara juga makin meningkat. Hal ini tentu amat membanggakan. Memang masih ada banyak proyek besar yang sedang digarap pemerintah dan para kontraktor. 

Kemarau amat panjang sedang melanda negeri ini. Di mana-mana sepanjang perjalanan dari bandara sampai ke tempat pertemuan, lahan-lahan pertanian tampak kering. Air amat sulit, apalagi suhu di sebagian besar wilayah berkisar 39 – 41 derajat.  Kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan pangan amat dirasakan oleh masyarakat kecil. Ada sebuah danau besar yang menjadi sumber air minum, namun letaknya amat jauh dari pemukiman penduduk, sehingga perlu saluran-saluran air untuk mengalirkan pasokan air kepada masyarakat.

Di relung sanubari saya, muncul rasa sedih, iba, tetapi juga seribu satu gejolak yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.  Yang meyakini bahwa tragedi kemanusiaan dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Manusia sebagai ciptaan Allah sesungguhnya dipanggil untuk menolong sesamanya yang menderita, namun amat sering yang terjadi justru sebaliknya. Bahkan yang lebih menyedihkan, tragedi kemanusiaan itu disebabkan oleh bangsa atau masyarakat kepada orang-orang dari kalangan mereka sendiri.  

Saya hanya bisa berdoa dan berharap, melakukan upaya-upaya serta menyuarakan agar perkembangan ilmu, teknologi dan pengetahuan, komunikasi dan dialog yang diterjadi di bumi ini, tidak menumpulkan dan membungkam hati nurani.  Bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi akal budi dan berhati nurani, serta diutus untuk membangun dunia ini menjadi tempat yang indah, nyaman dan manusiawi bagi semua orang.

Jumat, 27 Juni 2014

MENUNGGU

PEMBACA YANG BUDIMAN

Menunggu, memang sering membuat orang bosan, karena tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Bagi orang yang sudah biasa menunggu, ada banyak hal yang bisa dikerjakan. Pertama-tama: membawa alat-alat yang bisa dipergunakan ketika sedang menunggu, untuk mengisi waktu. Yang disiapkan adalah sarana-sarana yang bisa dibawa, ringan, mudah dan murah. Misalnya, bolpoin dan kertas. Ketika menunggu, alat tulis itu bisa dipergunakan untuk menulis cerita, atau menggambar, atau membuat puisi, atau sekedar corat-coret. Kedua, ketika sedang menunggu dan alat itu sudah ada, kadang-kadang kemauan untuk mencorat-coret di kertas itu pasang surut. Maka yang bisa dibuat adalah memaksa diri untuk membuat sesuatu. Ketiga, yang bisa dibuat adalah nonton tv, baca koran, atau yang paling mudah dan murah adalah duduk manis dan tenang-tenang di tempat. Mengamati dan menikmati apa yang terjadi di sekitar kita, adalah kegiatan yang mudah dan murah.

                            Silakan mencoba........

Minggu, 30 Maret 2014

SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014

SURAT GEMBALA USKUP AGUNG MERAUKE
DALAM RANGKA MEMASUKI MASA PUASA 2014

Saudara-saudari
Kaum muda, para remaja dan anak-anak sekalian
Para Pastor, Bruder, Suster dan Petugas Gereja
Bapak Bupati, Bapak Distrik, dan Kepala Kampung
Bapak dan Ibu Dewan paroki, Bapak dan ibu Dewan Stasi
dan Semua umat beriman di tempat masing-masing

Syaloom

Tidak lama lagi, kita akan memasuki masa puasa / masa prapaska. Masa puasa / masa prapaska adalah waktu untuk menyiapkan diri untuk menyambut pesta kebangkitan Tuhan, dengan melakukan “perubahan atau pembaharuan hidup”. Perubahan atau pembaharuan hidup sering juga disebut pertobatan. Jadi, masa prapaska adalah masa untuk menggalang kekuatan agar bisa meninggalkan pikiran, perkataan dan perbuatan yang membawa kita kepada dosa, dan memilih untuk hidup dalam kasih dan rahmat Tuhan.
Ada banyak cara untuk pembaharuan hidup, namun pada masa prapaska ini, kita semua tetap diajak untuk melakukan puasa dan pantang. Puasa dan pantang adalah tindakan yang kita pilih untuk mengendalikan diri agar kita menjadi lebih peka pada dorongan, keinginan dan ajakan yang mengurung kita pada kenikmatan, kemapanan, dan kepuasan diri sendiri, sehingga melupakan kebutuhan dan kehidupan orang lain. Ada 2 hari pantang dan puasa wajib, yaitu hari RABU ABU  dan hari JUMAT AGUNG.
Selama masa prapaska tahun ini, saya hendak menekankan betapa pentingnya peranan keluarga dalam menanamkan dan menumbuhkan benih iman dan keutamaan-keutamaan yang lahir dari iman katolik kepada anak-anak dan kaum muda kita. Anak-anak dan kaum muda adalah kekuatan gereja kita pada masa sekarang dan masa depan. Lebih-lebih, pada masa sekarang ini, ketika masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, berubah begitu cepat, ketika barang-barang dan tawaran-tawaran iklan begitu memikat, ketika pergaulan bebas, narkoba, miras, kemabukan, kekerasan terjadi di mana-mana, orang makin bingung dan sulit menentukan pilihan yang baik dan tepat.
Keluarga itu apa / keluarga itu siapa ?
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri atas bapa, mama dan anak-anak yang tinggal di suatu tempat di rumah / tempat.  Keluarga terjadi karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau karena diangkat sebagai anak. Anggota keluarga hidup dalam satu rumah tangga, bergaul satu sama lain dan punya peran masing-masing.  Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sabda Tuhan dalam kitab nabi Yoel 2:16 yang berbunyi: “Kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu”,  menunjukkan bahwa perhatian Tuhan kepada keluarga dan umat Allah begitu penting.  Sabda ini diserukan kembali kepada bangsa terpilih agar mereka kembali kepada Allah yang telah mencintai dan memperhatikan mereka, mereka hidup di jalan yang benar dan memperoleh keselamatan. Tuhan dan Sabda-Nya menjadi sumber kekuatan, pedoman dan pelita hidup mereka.
Saya menyebutkan beberapa peranan yang dijalankan keluarga adalah:
1.   Di bidang  pendidikan, keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan mereka.  
2.   Di bidang sosial, keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.  
3.   Di bidang perlindungan, keluarga berkewajiban untuk melindungi anggota keluarga supaya mereka sungguh-sungguh merasa aman.
4.   Di bidang ketenteraman hidup, keluarga menciptakan rasa aman dan suasana damai bagi seluruh anggota, sehingga ada komunikasi dan pergaulan yang baik, ada saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5.   Di bidang keimanan, keluarga memperkenalkan dan menumbuhkan iman, serta mengajak anak dan anggota keluarga untuk mempraktekkannya dlaam hidup sehari-hari
6.   Di bidang ekonomi, kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan dengan baik supaya dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7.   Di bidang rekreasi, keluarga menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, contohnya: nonton TV bersama, main halma, karaoke bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8.   Di bidang masa depan, keluarga adalah rekan sekerja Tuhan untuk menghadirkan  keturunan yang akan meneruskan pembangunan bagi generasi selanjutnya.
Melalui peran yang begitu penting itu, para orang tua, guru, pemerintah dan semua lembaga  perlu menyadari bahwa mereka ini menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menyiapkan generasi penerus yang beriman, cerdas, dan berkepribadian baik untuk membangun gereja dan bangsa. Bersama rasul Paulus, saya ingin menyatakan hal ini: “Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima” ( 2Kor 6:1 ).
Anak-anak kita perlu mendapatkan pengenalan dan pengertian serta pembelajaran iman dan kebaikan / keutamaan sejak kecil. Membuat tanda Salib, berdoa Salam Maria, Bapa Kami, Doa Tobat, adalah contoh-contoh doa yang dapat diajarkan oleh orangtua kepada anak-anak mereka. Benih-benih iman dan kebaikan itu sudah seharusnya ditanamkan dan disuburkan terus-menerus, sehingga ketika mereka memasuki masa remaja dan dewasa, mereka mempunyai pegangan hidup yang kuat. Mereka bangga akan iman katolik yang telah ditanamkan oleh para orangtua mereka di rumah, dan disuburkan oleh para guru agama di sekolah.
Begitu pula, berpantang bagi anak-anak yang belum berumur 17 tahun, dan berpuasa bagi mereka yang telah berumur 17 – 60 tahun dan tidak sakit, dapat diajarkan dan dipraktekkan di dalam keluarga. Bapa dan mama, adalah pelatih dan pembina, dan sekaligus penanggung jawab utama atas terlaksananya “kegiatan pantang dan puasa” di keluarga masing-masing. Berpantang dan berpuasa merupakan latihan pengendalian diri, dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan / keutamaan, misalnya pengorbanan, setia kawan, kerelaan untuk berbagi, kesabaran, kesetiaan, pengampunan, dan tahan menderita.
 Marilah pada masa prapaska ini, kita mengucap syukur atas anugerah Allah yang diberikan kepada keluarga-keluarga. Kita juga memohon rahmat, kekuatan dan bimbingan-Nya agar para orangtua dapat membina anak-anak mereka menjadi generasi masa depan yang cerdas dan dapat diandalkan dalam membangun gereja dan masyarakat. Semoga tobat dan amal kasih kita berkenan kepada-Nya dan berguna untuk kebaikan hidup sesama.


                                                        Merauke, 4 Maret 2014 
                                                 salam dan berkat dari uskupmu

                                                Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC


Selasa, 03 April 2012

DARI PADA HILANG ATAU DIBUANG

PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN

SYALOOM....

Tulisan di bawah ini pernah penulis muat, di bagian samping blog KAME. cerita ini sudah lama ada di sana, dan kalau hilang atau dibuang, rasanya sayang sekali. Karena itu, tanpa mengurangi apa yang tertulis di sana, saya tampilkan kembali di sini. Siapa tahu, pada suatu hari catatan sejarah ini akan berguna bagi anak cucu kita.

Inilah dia, kedua artikel atau cerita itu:

Anak Marind Magang Di Perusahaan Multi Nasional

Merauke, Arafura, - Sebanyak 5 orang anak asli Marind, Kabupaten Merauke, Minggu (8/1) diberangkatkan ke Jakarta, untuk mengikuti program pemagangan di perusahaan Multi Nasional yakni PT Panasonic Gobel. Para peserta diseleksi dari kampung-kampung lokal di wilayah perbatasan.

Mereka ini adalah gelombang ke dua untuk program tahun 2012, karena sebelumnya tanggal 26 Desember 2011 telah diberangkatkan lima orang anak untuk magang di PT. Krakatau Steel. Jadi untuk tahun ini, direncanakan ada 20 anak yang akan dimagangkan di empat perusahaan, yakni PT. United Tractor dan PT. Kubota Indonesia.
Plt. Sekda Kabupaten Merauke, Drs. Daniel Pauta, dalam arahannya dihadapan para peserta di Bandara Mopah Merauke mengatakan, program ini adalah upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja khususnya yang ada di Kabupaten Merauke. Sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai kopetensi yang mereka miliki.

Ia berharap, mereka yang dikirim ini dapat menjaga diri dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku, serta bisa langsung bekerja dimana mereka dimagangkan. Pengiriman ini adalah yang kesekian kalinya, karena beberapa tahun sebelumnya juga dilakukan. Dan anak-anak Merauke yang dikirim praktis tidak ada yang kembali, karena mereka sudah langsung direkrut oleh perusahaan-perusahaan besar di Pulau Jawa.
“Di sini bukan kami membatasi pengiriman, tetapi yang paling penting adalah seleksi yang ketat, terutama menyangkut kesehatan, ”ujar Sekda.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Merauke, Oktovianus Kaize, mengatakan, program ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja di Kabupaten Merauke. Sehingga diharapkan mereka yang dikirim untuk magang di perusahaan multi nasional ini, ke depan bisa menjadi tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya.

“Melalui program ini, ke depan kami harap ketika ada investor yang datang, kami sudah siap dengan sumber daya manusia, “katanya. Acara pelepasan dilakukan secara singkat dan para peserta didampingi langsung oleh Kepala UPTD LKK Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Merauke, Supardi, S.Sos, serta sejumlah orang tua dan kerabat dari peserta yang turut hadir untuk mengantar keberangkatan mereka.



Merauke, Arafura, - Sehubungan dengan tugas akhir sekolah, siswa-siswi kelas XII IPA 1-4 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Merauke, Sabtu (14/1) menggelar pameran lukisan dengan tema ‘dunia penuh warna’.

Kepala Sekolah SMA Negeri I Merauke, Dra. Maria Goretti Letsoin, M.Pd, dalam arahannya mengatakan, merupakan kebahagiaan dalam sebuah lembaga pendidikan ketika melihat hasil dari anak-anak didiknya mampu untuk berkarya. Salah satunya dengan cara memperlihatkan ketrampilan sesuai bakat dan talenta mereka.

Salah satu yang dihasilkan lewat karya anak-anak dalam lembaga SMAN I Merauke adalah hasil lukisan. Melalui kegiatan ini sekolah memberikan apresiasi tertinggi kepada para siswa yang sudah menghasilkan karya terbaik mereka. Dan tentunya apresiasi diberikan juga kepada para guru yang telah mencoba untuk mendampingi anak didiknya. Dengan cara mengenal diri anak didiknya, mengenal talenta dan kemampuan mereka, nyata bahwa apa yang dimiliki para siswa itu sangat berarti.

“Ketika kita mulai untuk melakukan sesuatu tindakan yang melahirkan karya, sesungguhnya kita tidak perlu menunggu waktu dan tidak perlu menunggu orang lain untuk melakukannya. Kita bisa mulai dari diri sendiri,”ujarnya.

Apresiasi yang tinggi diberikan kepada para siswa karena hasil karya ini adalah hasil karya murni.Mereka mampu melahirkan karya lukisan ini. Adapun tema yang diangkat dalam pameran ini ‘dunia penuh warna. Hal ini mau menggambarkan bahwa dunia anak-anakku memang dunia penuh warna.

“Dari sekian banyak warna itu kalian juga harus mampu memberi keindahan dalam memadukan warna. Tidak perlu ada warna yang dihapus, tetapi dipadukan dengan warna yang lain. Hal ini berarti bahwa dunia kalian adalah dunia tempat kalian mencari dan melihat mana yang terbaik untuk kalian,”ungkapnya.

Ia berharap kepada para peserta didik, pameran lukisan ini bisa menambah motivasi terutama . “Kalian mempunyai sesuatu dalam diri yang harus kalian gali terus menerus, tampilkan itu lahirkan karya-karya baru jangan pernah putus asa. Tidak ada sesuatu yang jelek dari sebuah karya yang dilahirkan, dan saya berpesan untuk kedepan bakat ini jangan terhenti sampai disini namun terus dikembangkan,”tukasnya.

Sedangkan kepada para guru pendamping, Ia meminta ke depan lebih melihat lagi mana hal-hal yang perlu digali dari anak-anak yang ada di sekolah ini. Disampaikan pula bahwa ketika anak-anak kita sudah berkarya, orang tua mestinya berbangga hati karena melihat anak-anak mereka telah berhasil melahirkan karya-karya ini.

“Lihatlah kemampuan dan talenta mereka dan kembangkan itu di dalam dunia yang lebih tinggi lagi. Akhirnya, kita pasti sukses kalau kita mulai merangkai itu dari sini dan ke depan kita bisa meraih yang terbaik,” pungkasnya.

Senin, 09 Januari 2012

PERKAWINAN

PERKAWINAN atau PERNIKAHAN adalah suatu tindakan atas komitmen untuk hidup bersama, antara 1 laki-laki dan 1 perempuan, untuk seumur hidup, yang dinyatakan secara resmi di hadapan 2 saksi, petugas pencatatan dan pemimpin agama.

Perkawinan bersifat sosial, artinya melibatkan banyak pihak: orangtua dari kedua belah pihak, kakak dan adik kandung, saudara sepupu, keluarga semenda dll. Karena itu, ketika perkawinan dilangsungkan mereka juga turut ambil bagian dalam peristiwa penting itu.

Tujuan perkawinan itu ada 4 yaitu 1) mendapatkan kebahagiaan hidup bagi suami istri. Itulah sebabnya masing-masing berusaha dan berkorban untuk membahagiakan pasangannya. Masing-masing berusaha untuk meninggalkan kepentingan sendiri, kemauannya sendiri dan perasaan sendiri, dan dengan penuh kerelaan menyesuaikan dan mendialogkan dengan pasangannya: apa yang terbaik untuk mereka berdua. Kebiasaan untuk memutuskan segalanya sendirian, kini berubah. Banyak hal harus dirundingkan lebih dahulu dengan pasangannya, baru kemudian diambil keputusan.

2) kebahagiaan anak-anak. Anak-anak adalah buah cinta kasih mereka. Maka, mereka berkewajiban memelihara dan mendidik mereka agar menjadi manusia yang sehat, berkepribadian baik dan matang, serta kelak mampu berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka sejak kecil perlu mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang cukup agar hidup mereka berani menghadapi situasi, realita dan tantangan kehidupan ini dengan penuh percaya diri dan tulus-ikhlas.

3) kebaikan dan ketenteraman hidup bersama masyarakat. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Masyarakat merupakan guru kehidupan yang baik. Anak-anak sejak kecil belajar banyak akan apa saja yang terjadi di masyarakat. Di sisi lain, anak-anak yang mendapatkan pembekalan yang baik, diharapkan akan bisa berperan untuk membawa perubahan dan perkembangan ke arah kehidupan yang lebih sejahtera dan makmur. Anak-anak yagn sejak kecil kurang mendapatkan perhatian, latihan dan pembinaan dari orangtua dan masyarakat, bisa / cenderung menjadi orang-orang yang sulit diatur dan keras kepala.

4) kebaikan dalam kehidupan keimanan. Orangtua yang mendidik anak-anaknya dengan baik, merupakan kekuatan dan modal besar bagi lahirnya masyarakat yang bahagia dan sejahtera. Rasa dan pengalaman bersyukur kepada Tuhan yang mempunyai dunia ini, dan menyelenggarakan kehidupan manusia, merupakan hal penting yang perlu ditanamkan ke batin anak-anak. Kedekatan dengan Allah merupakan kekuatan dan pengakuan bahwa Allah tetap hadir dan bekerja melalui diri manusia, sampai saat ini.

Dari uraian tadi, menjadi nyata bahwa perkawinan mengandung nilai-nilai dan tujuan yang sungguh luhur dan mulia. Hal-hal yang nampaknya sederhana, namun bila diperhatikan dan dihidupi dengan baik dan setia, akan besar pengaruhnya bagi kehidupan pribadi, masyarakat dan kerukunan umat beragama.

Jumah orang yang menikah amat banyak. Sebagian besar warga masyarakat adalah orang-orang yang menikah. Maka, bila ada banyak keluarga yang dapat dengan aktif dan ketulusan turut membina kehidupan dan kerukunan masyarakat, betapa indahnya dunia ini. Melalui mereka, berkat Allah tercurah di mana-mana.

Sabtu, 15 Oktober 2011

MASYARAKAT BANYAK

Bnyak ide yang bagus-bagus lahir /muncul dari putra-putri Indonesia. Ide-ide itu amat sederhana dan bisa dilaksanakan. Misalnya, untuk memajukan dan menggairahkan semangat belajar anak-anak SD, diperlukan alat peraga berupa peta, seruling, bola volley, gambar ikan, gambar buah-buahan dll. Isde-ide bagus itu sering muncul dari sebuah kebutuhan riil, namun untuk mewujudkan apa yang dibutuhkan / ide yang bagus itu, sulitnya bukan main.

Ini baru contoh yang amat sederhana. Di masyarakat yang sudah makin maju, dan tingkat kebutuhannya makin tinggi dan beragam, ide-ide bagus untuk mengembangkan masyarakat itu, tentu ada banyak dan bertingkat-tingkat. Misalnya, untuk mengembangkan masyarakat di bidang ekonomi, dibutuhkan analisa kebutuhan masyarakat, sektor apa yang bisa dikembangkan, apa yang menjadi modal / kekuatan masyarakat, apakah ada jalan dan sarana transportasi, apakah ada pasar, dll.

Selain itu, juga dibutuhkan orang-orang yang menyimpulkan pemikiran itu, lalu diadakan uji-coba, perlu dana yang cukup besar, dan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pengembangan itu. Dari contoh ini, menjadi jelas bahwa semakin masyarakat itu mau dikembangkan, semakin kompleks / rumit dan bertingkatlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Kalau untuk 1 bidang saja, diperlukan sekian banyak usaha yang harus dilaksanakan, apalagi kalau ada banyak bidang yang harus dikembangkan. Tentu akan ada banyak yang harus diurus.

Sayangnya, bahwa ide, analisa, penemuan kebutuhan riil, dana yang diperlukan, siapa yang mengurus kebutuhan, dan bagaimana mewujudkan semuanya itu, sampai hari ini de facto sering tidak saling berhubungan. Lebih sering fakta-fakta itu berjalan sendiri-sendiri.

Maka, saya berpikir diperlukan: tujuan yang hendak dicapai, strategi yang tepat, suatu sistem yang harus berlaku umum untuk mencapai tujuan itu, dan komitmen bersama untuk mewujudkan tujuan itu, secara terus-menerus. Dan agar komitmen itu, bisa tetap berlangsung, diperlukan pula transparansi dan akuntabilitas serta partisipasi publik.

Selama ini, publik yang jumlah besar, sering hanya menjadi penonton. Sedangkan sejumnlah kecil orang, seringkali merasa lebih hebat dan lebih pandai. Akibatnya, banyak hal diturunkan dari atas ke bawah. Masyarakat banyak dianggap / ditetapkan sebagai pihak yang lemah dan tidak mampu dan harus "diisi" / dicurahi rupa-rupa hal dari atas. Paradigma ini memang pelan-pelan sudah berubah, namun "kecenderungan untuk mengisi "ember kosong" sering terjadi di mana-mana.

Masyarakat banyak yangpada umumnya kurang mendapatkan pendidikan dan informasi yang memadai memang cenderung pasif / menunggu perintah / menunggu atau menonton. Kemungkinan untuk "membuka pintu diri" atas apa yang terjadi, dan melibatkan diri dalam kegiatan pengembangan masyarakat pada umumnya amat terbatas. Karena itu, mereka ini adalah orang-orang yang secara potensial lemah dan mudah diperlakukan tidak adil atau mengalami ketidak adilan.

Syukur bahwa masihbanyak orang / lembaga yang peduli pada nasib dan situasi mereka inbi. Seandainya mereka "bangkit dan aktif", betapa dahsyatnya pembangunan dan pengembangan yang akan terjadi di masyarakat, dan di tengah-tengah dunia ini.

Kamis, 12 Mei 2011

MAKAN SIANG BERSAMA

Waktu kami tiba di Schippol, Selasa tanggal 10Mei 2011 jam 06.10, kami dijemput oleh Ton van Bremen dan Br. Kees Vergouwen. Kedua orang ini datang dari te,pat yang berbeda. Ton van Bremen datang dari Beverweg di bagian utara, sedangkan Kees dari Selatan, dari Tilburg. Jarak ditempuh dengan kecepatan 120 km perjam, perlu waktu saru setengah jam. Ton perlu waktu tiga puluh menit. Setelah mengucapkan selamat datang kepada kami berdua, Ton pamit dan kembali ke Beverweg untuk siap pergi ke kantor.

Dan saya dengan Hengky melanjutkan perjalanan menuju ke rumah induk di Tilburg. Suhu kira-kira 15 – 20 derajat Celsius. Cuaca ini amat cocok untuk orang-orang dari Asia karena mereka tidak perlu jaket atau baju tebal-tebal untuk menghangatkan badan. Udara segar, sejuk dan bagus. Perjalanan lancar, cuaca cerah, namun tidak bisa terlalu cepat karena di jalanan sudah banyak kendaraan lain. Kami perlu waktu 2 jam untuk sampai ke Tilburg.

Ketika tiba di biara MSC, kami dihantar ke kamar yang telah disiapkan. Kami bertemu dengan Uskup Enmeritus Keuskupan Agung Merauke ( Mgr.J.Duivenvoorde MSC). Beliau tampak kurang sehat, dan siang itu beliau dihantar ke rumah sakit untuk periksa kesehatannya. Kami minum bersama dengan para MSC yang tinggal di lantai tiga.
Dulu para MSC tinggal di biara sendiri, apalagi jumlah mereka 60 an orang. Kini jumlah mereka kian sedikit dan keadaan kesehatan mereka mulai menurun, karena itu mereka perlu mendapatkan perawatan sesuai dengan standart yang ditentukan pemerintah. Karena alasan usia lanjut dan perlunya peyalanan pelayanan kesehatan yang memadai, mereka semuanya pindah ke rumah khusus untuk orang lanjut usia. Mereka tinggal dalam satu kompleks yang disebut Biara Notre Dame. Gedungnya bertingkat, dan di setiap tingkat / lantai dibentuk 1 komunitas. Di seluruh kompleks itu ada 4 komunitas. Masing-masing komunitas punya ruang makan sendiri. Mereka makan pagi dan makan malam di komunitas masing-masing.

Semua anggota komunitas yang bisa jalan makan siang bersama tiap-tiap hari di ruang makan yang besar. Siang itu kami diundang makan di ruang makan yang besar . Di sana berkumpullah semua pastor, bruder dan suster yang sudah lanjut usianya, namun masih sanggup melayani diri sendiri. Kebanyakan adalah para pastor dan bruder MSC, dan suster PBHK, namun ada juga dari tarekat lain. Jumlah mereka yang makan pada siang itu lebih dari 100 orang.

Luar biasa. Apakah yang mereka ceritakan ? Saya tidak tahu. Makan siang bersama setiap hari mereka usahakan. Pada umumnya mereka setia untuk makan bersama setiap hari. Nilai kerukunan, persaudaraan, sesuatu yang sangat istimewa, yang sejak saya kecil yang kenal, ternyata tetap dihidupi oleh para mantan missionaris yang sudah lanjut usia itu. Tradisi yang baik bahwa pada kesempatan makan siang itu mereka bertemu dengan rekan-rekan setarekat, satu spiritualitas, sepanggilan, seperutusan. Kini pada masa tua , ketika semuanya tinggal kenangan di tempat yang jauh, sanak saudara mereka tidakada di sekitar mereka, rekan-rekan sekomunitas itulah saudara mereka. Rekan yang lagi sakit, yang sedang sedih atau membutuhkan bantuan ketika tidak ada di ruang makan, dengan mudah diketahui. Mereka juga di ruang makan bisa mendapatkan penghiburan, dan kalau membutuhkan pelayanan khusus dan darurat, mereka bisa segera mendapatkannya.

Karya-karya mereka sudah mereka laksanakan di tempat-tempat yang jauh, di daerah misi. Semuanya tinggal kenangan. Maka kehadiran P .Hengky dan Uskup Niko merupakan hadiah dan penghiburan yang besatr bagi mereka. Kami berdua adalah buah-buah kasih, buah-buah pengorbanan mereka. Kami adalah buah-buah rohani, buah-buah pelayanan, buah karya kehidupan yang telah mereka taburkan sekian puluh tahun yang silam di Indonesia.

Kepada kamilah mereka mempercayakan tugas perutusan yang dulu mereka terima dari Kristus yang mengutus mereka. Kepada kamilah mereka mengharapkan adanya kesinambungan karya keselamatan itu kepada generasi selanjutnya. Mereka sudah tidak mampu kami untuk bekerja seperti dulu. Tetapi darisorot mata, dari senyum mereka, dari ucapan selamat datang, mereka mengucapkan terima kasih, dan selamat melanjutkan tugas perutusan itu. Kami adalah buah karya yang telah mereka siapkan untuk meneruskan karya Kristus itu. Mereka mendukung dan mendoakan. Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada kami yang telah berkunjung dan memperhitungkan mereka. Mereka merasa dihargai dan tetap menjadi bagian dari karya besar Tuhan di tanah air tercinta.

Saya menemukan bahwa makan bersama mempunyai banyak makna dan nilai yang sungguh-sungguh penting. Makan siang merupakan tanda persaudaraan, tanda sukacita dan kebahagiaan. Di sana diwujudkan secara jelas janji Kristus : ‘Di mana ada dua atau orang yang berkumpul demi nama-Ku, di situ Aku ada’. Makan bersama kalau hanya disadari sebagai kegiatan fisik (memasukkan manakan ke dalam mulut/perut) akan membuat orang merasa bosan. Makan bersama yang dibuka dan ditutup dengan doa, disertai dengan hati yang damai, saling menyapa, saling memahami akan menjadi tanda rahmat yang besar.

Makan bersama tetapi juga ‘rekreasi bersama, sharing keluarga, dan pertemuan biasa’ merupakan tanda kasih sayang dan kehadiran Allah bagi manusia. Makan bersama dapat sungguh-sungguh merupakan anugerah Allah yang nyata bagi manusia. Maka, siapa pun orangnya, dan di mana pun mereka berada yang mengusahakan adanya makan bersama di dalam keluarga / di dalam komunitas, di sana Allah dihadirkan.
Kelemahan dan keterbatasan manusiawi tetap ada. Tetap ada halangan dan kesulitan ; tetapi Tuhan sudah berjanji akan mengumpulkan anak-anak-Nya yang tercerai-berai (Yohanes 17). Tuhan mampu melembutkan hati yang membatu dan keras. Dia adalah Allah yang maharahim, lambat akan murka, tetapi besar kasih setia-Nya